laman

Jumat, 02 Desember 2011

laporan praktikum SILVIKA



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehedirat Allah SWT karena dengan hidayah dan rahmat –Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan praktek silvika ini.laporan ini merupakan tugas akhir dari praktek silvika .
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam membantu dalam praktek nya maupun dalam penyusunan laporan ini baik bantuan secara langsung maupun tidak langsung.
Mudah-mudahan laaporan ini dapat bermanfaat untuk kita semua,koreksi dan saran yang membangun selalu di nantikan guna perbaikan laporan praktek silvika.



















                                                                                             Pekanbaru, April 2011




                                                                                                       Nur Faizin
                                                                                                     1006114143



DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………..                 i
Bab I Pendahuluan …………………………………………………….                1
Bab II Isi
2.1  Arboretum ...................................................................................                3
a.       Tujuan ....................................................................................               3
b.      Waktu dan Tempat ................................................................               3
c.       Alat dan Bahan ......................................................................               3
d.      Cara Kerja ..............................................................................               3
e.       Pembahasan ...........................................................................               3
2.2  Menyambung ...............................................................................               7
a.       Tujuan ....................................................................................               7
b.      Waktu dan Tempat ................................................................               7
c.       Alat dan Bahan ......................................................................               7
d.      Cara Kerja ..............................................................................               7
e.       Pembahasan ...........................................................................               7
2.3  Stek Pucuk ...................................................................................               10
a.       Tujuan ....................................................................................               10
b.      Waktu dan Tempat ................................................................               10
c.       Alat dan Bahan ......................................................................               10
d.      Cara Kerja .............................................................................                10
e.       Pembahasan ...........................................................................               10
2.4  Sistem Perakaran ..........................................................................               14
a.       Tujuan ...................................................................................                14
b.      Waktu dan Tempat ................................................................               14
c.       Alat dan Bahan .......................................................................              14
d.      Cara Kerja ...............................................................................              14
e.       Pembahasan .............................................................................             14
2.5  Fotosintesis ..................................................................................               17
a.       Tujuan .....................................................................................              17
b.      Waktu dan Tempat .................................................................              17
c.       Alat dan Bahan .......................................................................              17
d.      Cara Kerja ................................................................................             17
e.       Pembahasan .............................................................................             17
2.6  Toleransi Pohon ...........................................................................               23
a.       Tujuan .....................................................................................              23
b.      Waktu dan Tempat ..................................................................             23
c.       Alat dan Bahan ........................................................................             23
d.      Cara Kerja ...............................................................................              23
e.       Pembahasan .............................................................................             23
Bab III Penutup
3.1  Kesimpulan ..................................................................................               27
3.2  Saran ............................................................................................               28
Daftar Pustaka ...........................................................................................             29
Lampiran ....................................................................................................             30
BAB I
PENDAHULUAN
Hutan adalah kumpulan atau asosiasi pohon-pohonan yang cukup rapat dan menutupi areal yang cukup luas sehngga dapat membentuk iklim mikro dengan kondisi ekologis yang khas, yang berbeda dengan iklim mikro dan kondisi ekologis areal luarnya (Dengler, 1930).
Hutan adalah suau asosiasi tumbuh-tumbuhan yang didominasi oleh pohon-pohonan atau vegetasi berkayu lainnya, yang menempati suatu areal yang cukup luas (komite Forest Terminollogy Amerika Serikat, 1950).
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU No. 41 tahun 1999). Sementara tegakan adalah hutan yang mempunyai karakter lebih seragam, baik dalam komposisi jenis, umur, maupun kenampakan umumnya; missal tegakan Acacia mangium, Pinus merkusii, jati, dsb. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap (UU No. 41 Tahun 1999).
Status hutan menurut UU No. 41 Tahun 1999 ada 2 :
  • Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah, termasuk didalamnya hutan adat yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.
  • Hutan hak adalah htan yang berada pada tanah yang dibebani hak milik atau sering disebut sebagai hutan rakyat.
  • Hutan adat ditetapkan sepanjang menurut kenyataannya masyarakat hukum adat yang bersangkutan masih ada diakui keberadaannya.
Perkembangbiakan tanaman dapat dilakukan dengan 2 cara. Yakni secara generaif dan vegetatif. Perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan tanaman dengan cara peleburan santara sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina. Biasanya terjadi pada biji tanaman. Contoh : perkembangbiakan biji pada tanaman jati. Sedangkan perkembangbiakan vegetatif adalah perkembangbiakan dengan cara mengambil sebagian vegetasi untuk di tanam kembali. Contoh : menyambung, stek, mencangkok, merunduk dan lain sebagainya. Akar merupakan salah satu organ tumbuhan yang paling penting disamping batang dan daun, bagi tumbuhan yang tumbuhnya telah merupakan kormus. Asal akar adalah dari akar lembaga (radix), pada Dikotil, akar lembaga terus tumbuh sehingga membentuk akar tunggang, pada Monokotil, akar lembaga mati, kemudian pada pangkal batang akan tumbuh akar-akar yang memiliki ukuran hampir sama sehingga membentuk akar serabut. Akar monokotil dan dikotil ujungnya dilindungi oleh tudung akar atau kaliptra, yang fungsinya melindungi ujung akar sewaktu menembus tanah, sel-sel kaliptra, ada yang mengandung butir-butir amylum dinamakan kolumela.
 Selain berkembangbiak tanaman juga melakukan fotosintesis. Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Fotosintesi terjadi hanya pada tanaman yang mempunyai klorofil yaitu zat hijau pada daun untuk berfotosintesis.
Istilah toleransi sering digunakan di kehutanan dan agak berlainan dengan istilah biasa digunakan dalam biologi pada umunya, dimana lazimnya menyebut toleransi suatu tumbuhan atau binatang terhadap keasaman, kapur, panas, dingin dan terhadap sejumlah faktor – faktor lain. Di kehutanan apabila tidak ada penunjukan khusus terhadap sesuatu tipe toleransi, istilah itu menunjukkan kemampuan dari tumbuhan itu hidup di bawah naungan tedun. Atau kata toleransi adalah istilah di Kehutanan untuk menyatakan kemampuan relatif pohon untuk bersaing pada persaingan cahaya rendah dan perakaran tinggi.







BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1    Praktek Pengenalan Hutan (ARBORETUM)
a.      tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengenal lebih jauh mengenai hutan di kawasan arboretum dan sekitarnya,dan pada umunya mahasiswa dapat mengenal tentang hutan jenis-jenis, manfaat dan peran huta bagi kehidupan.
b.      waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktektikum ini berlangsung di hutan arboretum universitas riau pekanbaru,waktu pelaksanaan dilaksanakan pada jam praktikum yaitu tanggal 21 Februari 2011 pukul 08.00-10.00 wib.
c.       alat dan bahan
Adapun alat yang dignakan dalam praktik pengenalan ini adalah hanya berupa alat tulis(pena, pensil, penggaris, penghapus  dan buku tulis ) dll.
d.      cara kerja
adapun cara kerja  ada praktikum ini adalah hanya pengamatan di kawasan arboretum saja.
e.       Pembahasan
A.    Hutan dan Kehutanan
Pengertian hutan  merupakan kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya hayati yang di dominasi oleh  pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan nya satu dengan yang lain nya tidak dapat di pisah kan(Undang-Undang Republik Indonesia). Adapun yang di maksud kawasan hutan adalah wilayah berhutan maupun yang tidak berhutan dan telah ditetapkan oleh menteri untuk di jadikan hutan tetap.hutan tetap adalah hutan,baik yang sudah ada maupun yang akan di tanam atau secara alam di dalam kawasan hutan.
Sedang kan kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan,kawasan hutan,dan hasil hutan yang di selenggarakan secara terpadu. Pengurusan hutan bertujuan untuk memperoloh manfaat yang sebesar-besar nya dan lestari untuk kemakmuran rakyat.

B.     Jenis-jenis Hutan
  jenis jenis hutan yang di maksud adalah pembagian jenis.
hutan berdasarkan fungsi utama nya dan berdasarkan pemilikan nya.
Berdasarkan fungsi utama nya di bagi menjadi tiga bagian yaitu:
1.      Hutan lindung
hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan system penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,mencegah banjir,mengendalikan erosi,mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.apabila hutan lindung di ganggu mak hutan tersebut akan kehilangan fungsi nya sebagai pelindung,bahkan akan menimbulkan bencana alam seperti banjir,erosi,maupun tanah longsor.namun demikian ada hutan lindung karena keadaan alam nya memungkin kan dalam batas-batas tertentu masih dapat di pungut hasil dengan tidak mengurangi fungsi nya sebagai hutan lindung.
Hutan lindung di bagi menjadi 2 bagaian yaitu:
a.       Hutan lindung mutlak yaitu hutan lindung karena keberadaan alam nya sama sekali tidak dapat dan tidak di perbolehkan melakukan pemungutan berupa kayu,tetapi hasil hutan selain kayu boleh di pungut.
b.   Hutan lindung terbatas,yaitu hutan lindung karena keadaan alamnya dapat          atau di perbolehkan diadakan pemungutan hasil kayu secara terbatas tanpa mengurangi fungsi nya.
2.    Hutan produksi
Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.hasail utama dari hutan produksi berupa kayu,sedangkan hasil hutan lainya disebut nirkayu.pemungutan hasil hutan di atur  sehingga dapat berlangsung secara lestari.hutan produksi di bedakan menjadi 3 bagian:
a.  Hutan produksi terbatas,yaitu hutan produksi yang dapat di eksploitasi dengan cara tebang pilih.
b.  Hutan produksi tetap,yaitu hutan produksi yang dapat di eksploitasi baik dengan cara tebang pilih maupun tebang habis.
c.   Hutan konversi,yaitu hutan bebas atu hutan tetap yang dapat diubah peruntukan nya untuk memenuhi kebutuhan perluasan pengembanganwilayah di luar bidang kehutanan.
3.    Hutan konservasi
Hutan konservasi yaitu kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keaneka ragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistem nya.
hutan konservasi  di kelompokkan menjadi tiga jenis berdasarkan fungsinya:
a.    Hutan suaka alam yaitu hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan  keaneka ragaman tumbuhan dan satwa ekosistemnya juga berfungsi sebagtai wilayah system penyangga kehidupan.
b.    Hutan pelestarian alam,yaitu hutan dengan cirri khas tertentu mempunyai fungsi pokok perlindungan system penyangga kehidupan penganekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumber daya hayati dan ekosistem nya.
c.    Taman buru,yaitu kawasan hutna yang di tetapkan sebagai tempat wisata buru.             
Hutan berdasarkan kepemilikan nya di bedakan menjadi 2 yaitu:
1.    Hutan Negara
Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang di bebani hak atas tanah hutan negar adapat berupa hutan adat yaitu hutan Negara yang di serah kan penglolaan nya kepada masyarakat hokum adat.dahulu sering disebut sebagai hutan ulayat ,hutan marga ,atau hutan pertuanan.
2.    Hutan hak
Hutan hak ialah hutan yang berada pada tanah yang di bebani atas hak tanah.hutan hak yang berada pada tanah yang di bebani hak milik lazim di sebut hutan rakyat.
C.    Tipe-tipe hutan
Berdasarkan kepada proses terbentuknya hutan,maka hutan di kelompokkan atas  dua tipe yaitu hutan alam dan hutan antropogen. Sedang kan berdasarkan faktor iklim, edafik,dan komposisi vegetasi maka hutan di kelompokkan atas enam tipe yaitu:
a)    Hutan hujan tropic
Hutan hujan tropic terdaapat di wilayah dengan tipe iklim A atau B.dapat juga di katakana sebagai hutan yang terdapat di wilayah iklim selalu basah,tanah podsol,latosol,alluvial,dan regosol dengan drainese baik terletak cukup jauh dari pantai.
b)   Hutan musim
Hutan musim merupakan hutan campuran yang terdapat di daerah beriklim muson,yaitu daerah yang memiliki perbedaan nyata antara musim kemarau dan musim basah,dan salah satu tipe hutan yang terdapat di daerah yang beriklim C atau D dan rata- rata curah hujan  setahun antara 1000 mm dan 2000mm.
c)    Hutan rawa
            Hutan rawa terdapat di daerah –daerah yang selalu tergenang air tawar umum nya terletak di belakang hutan payau,itu berarti hutan rawa terletak dari arah tepi laut sesudah hutan payau.hutan rawa di cirikan dengan tempattumbuh yang mempunyai aerasi buruk.
d)   Hutan payau
Hutan payau merupakan suatu ekosistem yang unik dengan bermacam-macam fungsi.hutan payau terdapat di daerah pantai yang selalu dan secara teratur tergeneng air laut ,di pengaruhi oleh pasang surut air laut,dan tidak terpengaruh oleh iklim.
e)    Hutan pantai
Hutan pantai terdapat di daerah kering di tepi pantai. Hutan tersebut tidak terpengaruh oleh iklim pada daerah dan kondisi tanah berpasir dan berbatu-batu serta terletak di atas garis pasang tertinggi.

Arboretum merupakan suatu kawasan hutan yang tidak virgin, karena dalam penataan hutan tersebut dipegaruhi oleh faktor manusia. Arboretum termasuk dalam hutan tropis karena mndapatkan curah hujan dan panas sepanjang tahun. Berbicara menganai hutan arboretum yang ada di UNRI, kondisi hutan arboretum bisa dikatakan baik. Dimana tajuk-tajuk tanaman yang hijau –hijau, jenisa tanaman yang ada dalam hutan tersebut bervariasi. Banyak terdapat seresah-seresah atau sampah hutan yang ada di lantai hutan. Kemudian juga






2.2         Praktek Menyambung Tanaman
a.    tujuan
     Adapun tujuan  praktikum ini untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang perbanyakan tanaman dengan menyabung ini dan bagaimana cara kerjanya yang baik dan benar sesuai prosedur.
b.   cara kerja
1)  batang bawah dipotong mendatar dengan gunting atau pisau yang tajam. Daunnya disisakan satuata dua pasang kemudian pada luka potongan batang dibuat celah ditengah-tengah sepanjang 3-4 cm dengan pisau sambung.
2)   Entres dipilih dari ruas ke dua dan dipotong per ruas + 7 cm. Daun dan cabang dikupir labih kurang 1,5 cm dari sumbu entres. Kemudian pangkan entres diruncingkan sebelah kanan dan kirinya sepanjang 3-4 cm.
3)   Entres kemudian dimasukkan sedalam celah pada batang bawah, kemudian diikat dengan tali rafia.
4)   Untuk menjaga kelengesan pada sambungan sambungan sungkup sengan kantong plastik.
5)   Untuk menjaga kelengesan tanah, sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan penyiraman.
6)   Setelah selang 30 – 35 hari dapat diketahui berhasil atau tidaknya penyambungan tersebut yaitu melihat ada tidaknya tunas yang tumbuh pada batang atas. Bila tunas sudah kelihatan
tumbuh maka sungkup plastik harus dibuka.
c.    alat dan bahan
Alat :
·         Pisau
·         Tali rafia
Bahan :
·         Tanaman induk untuk calon batang bawah
·         Tanaman untuk batang atas
·         Polybag berisi tanah topsil di campur dengan komp
·          
d.      tempat dan waktu
praktikum perbanyakan tanaman dengan menyambung ini dilaksanakan dilboratorium kehutanan UR, dan waktu pelaksanaan dilaksanakan pada jam praktikum yaitu tanggal 28 Februari 2011 pukul 08.00-10.00 wib.
e.       pembahasan
Penyambungan  (grafting) tanaman adalah menyambung tanaman antara batang atas dengan batang bawah dari tanaman yang sama atau berbeda jenisnya ,sambungan juga merupakan kombinasai antara perbanyakan secara vegetatif dan perbanyakan  generative. karena untuk memperoleh bibit sambungan kita harus menyediakan generatif sedangkan batang yang di sambungkan di sebut batang atas yang di ambil dari pohon induk yang memiliki sifat –sifat unggul.
Sambung (Grafting) ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan suatu bagian tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain. Melainkan sudah merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak variasinya. Sharock’s (1672) dalam Wudianto (2002)  menyatakan bahwa seni grafting ini telah digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15 dia menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting ini. Disamping itu Thouin dalam Wudianto (2002) mengatakan bahwa ada 119 bentuk grafting. Dari sekian banyak grafting ini digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu :
1.      Bud-grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi
2.      Scion grafting, lebih populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk atau enten
3.      Grafting by approach atau inarching, yaitu
cara menyambung tanaman sehingga batang atas dan batang bawah masih berhubungan      dengan akarnya masing-masin, Penyambungan disini berarti penyatuan antara batang atas (sepotong cabang dengan dua atau tiga tunas vegetatif) dengan batang bawah yang sehingga gabungan ini bersama-sama membentuk individu yang baru.
     Batang bawah sering juga disebut stock atau root stock atau bahasa belandanya onder stam. Ciri dari batang ini adalah batang masih dilengkapi dengan akar, sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut entris atau scion. Batang atas dapat berupa potongan  batang atau bisa juga cabang pohon induk, kadang-kadang untuk penyambungan ini memerlukan batang perantara (Inter-Stock).
     Agar batang atas dan batang bawah bisa terus merupakan perpaduan yang kekal, maka sebaiknya dipilih batang atas dan batang bawah yang masih mempunyai hubungan keluarga yang dekat. Hal demikian tidak selamanya benar, klasifikasi botani biasanya hanya berdasarkan sifat-sifat reproduksinya, sedangkan penyambungan justru yang dipertimbangkan adanya persamaan sifat-sifat vegetatif tanaman. Selama ini yang digunakan sebagai patokan untuk melakukan penyambungan adalah berdasarkan sifat botaninya, maka tidak jarang suatu penyambungan mengalami kegagalan.
     Penyambungan antar varietas (masih dalam satu species) tidak pernah mengalami kesulitan, misalnya penyambungan karet varietas gondang tapeh I dan wungun rejo dengan karet ciranji I atau varietas LCB 479. Demikian juga bila kita melakukan penyambungan dua tanaman yang jenis atau speciesnya lain tapi masih dalam satu marga, tingkat keberhasilannya masih cukup tinggi, walaupun kadang-kadang juga ditemui kegagalan.  Sebagai contoh penyambungan yang berhasil adalah mangga madu (Mangifera indica) yang disambungkan dengan mangga Kweni (Mangifera odorata) untuk tanaman buah-buahan, sedangkan untuk tanaman kehutanan Eucalyptus pellita disambungkan dengan Eucalyptus delupta. Kemungkinan keberhasilan penyambungan tanaman menjadi lebih kecil apabila melakukan penyambungan antar marga yang masih dalam satu famili apalagi penyambungannya antar famili, tingkat keberhasilannya makin kecil.
     Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan 0,05% hormon IAA atau IBA bisa meningkatkan keberhasilan penyambungan, caranya dengan mencelupkan atau mengolesi kedua ujung yang akan dilekatkan, atau menyemprotkan batang atas sebelum disambung









2.3         Praktek Stek Pucuk
a.    tujuan
Adapun tujuan praktikum ini agar mahasiswa dapat melakukan perbanyakan tanaman dengan cara stek pucuk dan bagaiman cara kerjanya yang baik dan benar sesuai dengan prosedurnya
b.   waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum perbanyakan tanaman dengan menyetek Tanaman ini di lakukikan di labor kehutanan UR, dan dilakkukan pada jam praktikum yaitu tanggal 9 Maret 2011 pukul 08.00-10.00 wib.
c.    alat dan bahan
Alat yang dibutuhkan :
·        Pisau
·        Cangkul
Bahan – bahan yang diperlukan:
·        polibag sebagai tempat media
·        Topsoil dan kompos
·        Zpt(Groton)
·        Batang yang akan di tanam
d.   cara kerja
1.      Tentukan pohon induk yang akan di stek
2.      Dari pohon induk potonglah bagian cabang yang di gunakan sebagai stek menggunakan gunting atau pisau yang bersih,panjang potongan antaran15-20cm,dengan jumlah daun 3-5.bahan stek di pilih dari cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalau muda.
3.      Potong lah atas kira-kira 1cm di atas mata ,sedangkan bawah kira-kira 0,5cm di bawah mata yang paling bawah.
4.      Potong bagian atas sebaik nya miring dan bagian bawah sebaik nya horizontal.
5.      Cabang atau batang yang sehat pertumbuhan nya di potong 1-3 bulan
Penyiapan media tanam daan penanaman stek meliputi:
1.      Campur tanah dengan pupuk kandang atau kompos 1:1
2.      Kemudian isi polybag dengan tanah yang yang sudah di campur dengan pucuk kandang atau kompos,
3.      Potong lah bagian tanaman di potong tadi
4.      Kemudian oleskan Zpt(Groton)
5.      Lakukan penyiraman
6.      Pengamatan
e. pembahasan
Perbanyakan dengan stek mudah dilakukan dan tidak memerlukan peralatan khusus dan teknis pelaksanaan yang rumit. Dimana, perbanyakan tanaman dengan stek ini mempunyai berbagai keunggulan seperti dapat menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan tanaman induknya dan dengan dilakukan perbanyakan tanaman secara stek lebih cepat berbuah dan berbunga, dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas atau sedikit.
Selain adanya keunggulan, perbanyakan tanaman secara stek terdapat juga kelemahan baik secara fisiologis maupun morfologi dalam pertumbuhan tanaman yaitu perbanyakan tanaman secara stek ini memiliki akar serabut yang dimana akar serabut pertumbuhan tanamannya rentan yaitu sangant mudah roboh pada keadaan ikim yang kurang mendukung seperti angin kencang, tanah selalu jenuh, dsb sehingga perakarannya dangkal, membutuhkan tanaman induk yang lebih besar dan lebih banyak sehingga membutuhkan biaya yang banyak dan dalam perbanyakan tanaman secara stek tingkat keberhasilanya sangat rendah.
Anatomi  dan  Fisiologi  Stek
Beberapa fase dalam proses pembentukan akar adventif antara lain sebagai berikut:
Diferensiasi seluler yang diikuti oleh inisiasi yaitu permulaan pertumbuhan dari sekelompok sel-sel merismatik, keadaan ini biasanya disebut dengan inisiasi akar. Diferensiasi dari kelompok sel-sel tersebut menjadi promodia akar (bakal akar) yang dapat dilihat.
Pertumbuhan dan pemunculan akar-akar baru yang meliputi pelebaran dari jaringan batang, dan pembentukan hubungan vaskular dengan jaringan penghubung yang menghubungkan batang yang distek dengan jaringan vaskular.
Menurut Winners (1975), akar adventif adalah akar yang muncul kerna adanya perlukaan, dimana pada stek batang berasala dari sekelompok sel yang berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman yang kemudian kelompok sel berkembang menjadi sel merismatik.
Pada kebanyakan tanaman, inisiasi akar dan akar adventif terjadi setelah stek dibuat, yang disebut dengan akar yang diinduksi (induced root) atau akar yang muncul karena adanya perlukaan.
Pembentukan akar adventif dibatasi oleh faktor-faktor inherent (faktor bawaan dari tanaman) yang tidak ditranslokasikan didalam jaringan tanaman. Namun, pembentukan akar adventif dapat dikatakan bahwa interaksi antara faktor-faktor yang tidak bergerak (immobile) yang terletak didalam sel yang berupa enzim-enzim tertentu dan nutrien serta faktor-faktor endogen yang mudah ditranslokasikan yang saling berinteraksi untuk menciptakan kondisi yang favorable untuk perakaran.


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek
Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa inisiasi akar dapat merangsang sintesis protein dan roduksi RNA (Baraer, 1972). Dalam perkembangbiakan vegetaatif secara stek memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan stek pada tanaman  antara lain sebagai berikut:
      Faktor endogenus
      Faktor hormon
      Faktor lingkungan
      Faktor dari nutrisi tanaman stok
      Faktor dari food reserve
      Faktor darikemampuan memobilisasi food reserve
Tanaman induk yang dimaksud dalam melakukan proses penyetekan adalah berupa bahan tanam yang akan digunakan untuk perbanyakan tanaman. Bahan tanam berasal dari pohon induk yang sehat dan telah diketahui asal-usulnya, mudah dibiakkan, tahan terhadap hama dan penyakit, produktivitas tinggi, bercabang kekar, tumbuh normal, serta memiliki perakaran yang kuat dan rimbun.
 induk dapat berupa tanaman lokal atau tanaman yang diintroduksi yaitu tanaman unggulan dari dalam negeri (lokal) atau dodatangkan dari luar negeri yang dilakukan oleh para hobiss yang ingin mendapatkan pohon induk secara cepat. Selain itu, dapat juga dilakukan secara eksplorasi atau melacak keberbagai tempat yang diduga merupakan sentra atau banyak terdapat tanaman unggul atau tanaman unik.
Perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan perkembangbiakan vegetatif secara stek dapat dipengaruhi faktor fisiologi tanaman yang merupakan zat tumbuh tanaman. Seperti Auksin, Giberelin, Cytokinin, dsb.

Auksin secara spesifik aktivitasnya dapat merangsang perpanjangan sel. Auksin merupakan zat pengatur tumbuh pertama yang diisolasi dari alam yang dikenal dengan Indole acetic acid (IAA) yang termasuk IAA adalah 2,4 D, NAA (Naptaline acetic acid) dan precursor IAA adalah asam amino triptopan.
Auksin dihasilkan pada jaringan meristem yang aktif seperti bud, kuncup, daun muda, dan buah yang dimobilisasi oleh enzim IAA oksidase disamping enzim peroksidasi dan beberapa enzim oksidase lainnya. Auksin ditransportasikan secara besipetal dan symplastik melalui floem.
Auksin dalam berbagai aktivitasnya tanaman seperti pertumbuhan batang, pembentukan akar, membantu untuk menginduksi tunas lateral, pengaktifan sel-sel- kambium dsb. Secara alami, auksin mempunyai kerja yang sangat kuat dan dapat memacu pembentukan akar adventif.
Zat tumbuh tanaman yang digunakan adalah giberelin yang dimana zat tumbuh tanaman ini berbeda dengan auksin berdasarkan aktivitas fisiologisnya. GA secara khusus dan sangat spesifik adalah perpanjangan buku (internode elongation).
Beberapa penelitian tanaman yang cukup GA, apabila kekurangan akan memberikan pengaruh dwarfisme. GA dalam kondisi yang tidak langsung menyebabkan toksik dan pengaruh penghambat (inhibitor).
Giberelin mempunyai fungsi regulasi sintesis asam nukleat dan kemungkinan menekan inisiasi akar melalui interferensi dalam suatu proses. Namun dari beberapa para penelitian berpendapat bahwa giberelin pada kosentrasi rendah giberelin dapat merangsang inisiasi akar. Giberelin yang terutama mempunyai fungsi dari seluruh fisiologi adalag perpanjangan sel dan merangsang aktivitas kambium.

2.4 Sistem Perakaran
a.    tujuan
adapun tujuan praktikum ini supaya mahasiswa dapat mengetahui baetapa pentingnya  sistem perakaran pada tanaman
betuk-bentuk akar manfaat, dan peran perakaran bagi tumbuhan
b.   waktu dan tempat
Pelaksanaan praktektikum ini berlangsung di lokal  universitas riau pekanbaru,waktu pelaksanaan dilaksanakan pada jam praktikum yaitu tanggal 14 Maret 2011 pukul 08.00-10.00 wib.
c.    alat dan bahan
Adapun alat yang dignakan dalam praktik pengenalan ini adalah hanya berupa alat tulis(pena, pensil, penggaris, penghapus  dan buku tulis ) dll.
d.   cara kerja
adapun cara kerja  ada praktikum ini adalah hanya pengamatan di kawasan arboretum saja.
e.    pembahasan
          Kita bisa dengan mudah membedakan tumbuhan mangrove dengan tumbuhan darat hanya dengan melihat bentuk akarnya. Bentuk akarnya yang unik dan indah membuat tumbuhan payau ini berbeda dengan tumbuhan lainnya di buni ini. Mangrove terpaksa beradaptasi dengan mencuatkan akar-akarnya ke udara, untuk menghindari sedimennya yang anoksik alias mengandung racun-racun yang berbahaya bagi tubuhnya.Keunikan dan bentuk akarnya yang mencuat ke atas ini, digunakan oleh para peneliti sebagai salah satu cara yang paling jitu untuk mengetahui spesiesnya. Akar merupakan salah satu organ tumbuhan yang paling penting disamping batang dan daun, bagi tumbuhan yang tumbuhnya telah merupakan kormus. Asal akar adalah dari akar lembaga (radix), pada Dikotil, akar lembaga terus tumbuh sehingga membentuk akar tunggang, pada Monokotil, akar lembaga mati, kemudian pada pangkal batang akan tumbuh akar-akar yang memiliki ukuran hampir sama sehingga membentuk akar serabut. Akar monokotil dan dikotil ujungnya dilindungi oleh tudung akar atau kaliptra, yang fungsinya melindungi ujung akar sewaktu menembus tanah, sel-sel kaliptra, ada yang mengandung butir-butir amylum dinamakan kolumela.

 Menurut Kitamura, et al (1997), terdapat 6 jenis tipe akar mangrove. Berikut ini deskripsi masing-masing akar mangrove tersebut:
1.Akar Tunjang
Adalah akar udara yang tumbuh di atas permukaan tanah, mencuat dari batang pohon dan dahan paling bawah serta memanjang ke luar dan menuju ke permukaan tanah. biasanya berfungsi untuk penunjang mekanis. Merupakan akar-akar yang tumbuh dari bagian bawah batang ke segala arah dan seakan-akan menunjang batang tumbuhan jangan sampai rebah, karena batang tumbuhan yang mempunyai akar seperti ini terapat diatas tanah atau air. Batang beserta akar-akar tanaman ini kesannya seperti orang yang naik diatas egrang. Akar ini juga terdapat pada tumbuhan yang hidup di tempat yang di dalam tanah, atau air dimana tempat tumbuhnya itu kekurangan oksigen, sehingga akar-akar ini selain untuk menunjang batangnya juga brfungsi untuk pengambilan oksigen dari udara.Contoh:          Rhizospora                  spp

2.Akar Nafas
Adalah akar udara yang berbentuk seperti pensil atau kerucut yang menonjol ke atas, terbentuk dari perluasan akar yang tumbuh secara horisontal. kar yang tumbuhnya tegak, muncul dari dalam tanah, pada kulitnya terdapat celah-celah kecil yang berguna untuk pernafasan. Contoh: Avicennia spp.



3.Akar Lutut
Adalah akar horisontal yang berbentuk seperti lutut terlipat di atas permukaan tanah, meliuk ke atas dan bawah dengan ujung yang emmbulat di atas permukaan tanah. Contoh: Bruguiera spp.

4.Akar Papan
Adalah akar yang tumbuh secara horisontal, berbentuk seperti pita di atas permukaan tanah, bergelombang dan berliku-liku ke arah samping seperti ular. Contoh: Xylocarpus spp.

5.Akar Banir
Adalah struktur akar seperti papan, memanjang secara radial dari pangkal batang. Ceriops spp.
6.Akar Tanpa Akar Udara
Adalah akar biasa, tidak berbentuk seperti akar udara. Contoh: Aegiceras spp.


 







Gambar modifikasi akar

2.5  Praktek Fotosintesis
a.    Tujuan
Ada pun tujuan dari praktikum ini adalah supaya mahasiswa dapat mengetahui lebih lanjut betapa pentingnya daun bagi tanaman karena daun meruakan tempat proses memasak bagi tanaman pada dasarnya tujuan praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui peran daun bagi tanaman.
b.   Waktu dan tempat
Pelaksanaan praktek ini dilakukan disamping kawasan arboretum tepatnya disamping kiri rektor yaitu tangal 21 Maret 2011 pukul 08.00 wib
c.    Alat dan bahan
Adapun alat yang dignakan dalam praktik pengenalan ini adalah hanya berupa alat tulis(pena, pensil, penggaris, penghapus  dan buku tulis ) dll
d.   Cara kerja
adapun cara kerja  ada praktikum ini adalah hanya pengamatan di kawasan arboretum saja.
e.  Pembahasan
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, persamaan umum fotosintesis telah diketahui sejak tahun 1800-an. Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van Helmont, seorang Flandria (sekarang bagian dari Belgia), melakukan percobaan untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari waktu ke waktu. Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan bertambah hanya karena pemberian air. Namun, pada tahun 1727, ahli botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti ada faktor lain selain air yang berperan. Ia mengemukakan bahwa sebagian makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam proses tertentu. Pada saat itu belum diketahui bahwa udara mengandung unsur gas yang berlainan.
Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang ahli kimia, menemukan bahwa ketika ia menutup sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar.[3] Ia kemudian menemukan bila ia meletakkan tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam toples itu dan menyebabkan matinya tikus. Ia kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut dapat “dipulihkan” oleh tumbuhan. Ia juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan.
Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap sel, tetapi hanya pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik. Sel yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik ini tidak mampu melakukan proses fotosintesis. Pada percobaan Jan Ingenhousz, dapat diketahui bahwa intensitas cahaya memengaruhi laju fotosintesis pada tumbuhan. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan oleh setiap spektrum cahaya. Di samping adanya perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda adalah kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya yang berbeda tersebut. Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut disebabkan adanya perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun tersebut.di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan pagar. Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil. Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang berperan penting dalam menyerap energi matahari.

Kloroplas
Kloroplas terdapat pada semua bagian tumbuhan yang berwarna hijau, termasuk batang dan buah yang belum matang. Di dalam kloroplas terdapat pigmen klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis. Kloroplas mempunyai bentuk seperti cakram dengan ruang yang disebut stroma. Stroma ini dibungkus oleh dua lapisan membran.[8] Membran stroma ini disebut tilakoid, yang didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli. Di dalam stroma juga terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk membentuk grana (kumpulan granum). Granum sendiri terdiri atas membran tilakoid yang merupakan tempat terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang merupakan ruang di antara membran tilakoid. Bila sebuah granum disayat maka akan dijumpai beberapa komponen seperti protein, klorofil a, klorofil b, karetonoid, dan lipid. Secara keseluruhan, stroma berisi protein, enzim, DNA, RNA, gula fosfat, ribosom, vitamin-vitamin, dan juga ion-ion logam seperti mangan (Mn), besi (Fe), maupun perak (Cu). Pigmen fotosintetik terdapat pada membran tilakoid. Sedangkan, pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlangsung dalam tilakoid dengan produk akhir berupa glukosa yang dibentuk di dalam stroma. Klorofil sendiri sebenarnya hanya merupakan sebagian dari perangkat dalam fotosintesis yang dikenal sebagai fotosistem.
Proses fotosintesis pada tumbuhan
Tumbuhan bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat mensintesis makanan langsung dari senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Perhatikan persamaan reaksi yang menghasilkan glukosa berikut ini:
6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2
Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia.
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun penguapan air yang berlebihan.
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).
Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam stroma. Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2). Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH). Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang. Pada proses reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya matahari. Reaksi gelap bertujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda. Kloroplas mengandung beberapa pigmen. Sebagai contoh, klorofil a terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah. Klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a berperan langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung berperan dalam reaksi terang. Proses absorpsi energi cahaya menyebabkan lepasnya elektron berenergi tinggi dari klorofil a yang selanjutnya akan disalurkan dan ditangkap oleh akseptor elektron. Proses ini merupakan awal dari rangkaian panjang reaksi fotosintesis.
Faktor penentu laju fotosintesis
Proses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yang dapat memengaruhi secara langsung seperti kondisi lingkungan maupun faktor yang tidak memengaruhi secara langsung seperti terganggunya beberapa fungsi organ yang penting bagi proses fotosintesis. Proses fotosintesis sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi lingkungan meliputi kehadiran cahaya matahari, suhu lingkungan, konsentrasi karbondioksida (CO2).Faktor lingkungan tersebut dikenal juga sebagai faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung bagi laju fotosintesis.


Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis :
1.      Intensitas cahaya
Laju fotosintesis
maksimum ketika banyak cahaya.
2.      Konsentrasi karbon dioksida
Semakin banyak karbon dioksida di
udara, makin banyak jumlah bahan yang dapt digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3.      Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
4.      Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan
stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
5.      Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai
jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
6.      Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak
energi dan makanan untuk tumbuh
Setelah melakukan percobaan fotosintesis, dimana daun yang di balut dengan kertas rokok atau dapat juga di balut dengan alumunium soil. Fotosintesisnya tidak maksimal karena daun tertutup oleh kertas yang menolak atau tidak tembus oleh sinar matahari. Dalam kejadian ini, cahaya sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis. Jika cahaya yang didapatkan oleh daun banyak maka proses fotosintesisnya akan maksimal, tetapi jika cahaya matahari yang didapatkan sedikit tidak akan maksimal. Terdapat perbedaan warna daun yang ditutup oleh kertas dan yang tidak ditutup oleh kertas. Daun yang ditutup oleh kertas rokok warnanya pucat atau sedikit memutih, sedangkan daun yang tiak ditutup kertas warnanya hijau, karena melakukan proses fotosintesinya maksimal.















2.6              Pratek Toleransi Pohon
a.tujuan
Ada pun tujuan dari praktikum toleransi pohon adalah mahasiswa dapat mengatahui pohon-pohon yan bersifat toleran, seni toleran dan toleran. Serta mahasiswa juga dapat menggambarkan pohon secara horozintal, vertikal dan dapat melakukan pemetaan pohon.
b. waktu dan tempat
Pelaksanaan praktektikum ini berlangsung di arboretum  universitas riau pekanbaru,waktu pelaksanaan dilaksanakan pada jam praktikum yaitu tanggal 4 Maret 2011 pukul 08.00-10.00 wib.
c. alat dan bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktik pengenalan ini adalah hanya berupa alat tulis(pena, pensil, penggaris, penghapus  dan buku tulis ) dll.
d. cara kerja
Menggambarkan pohon di hutan arboretum yang telah diberi batas 10x10 m atau yang sudah ada dalam plot. Penggambaran pohon secara horizontal, vertikal dan juga menggambarkan pemetaan pohon, yang ada di plot tersebut.
e. pembahasan
Toleransi pohon menunjukkan kemampuan dari tumbuhan itu hidup dibawah naungan tedun. Atau kata toleransi adalah istilah di Kehutanan untuk menyatakan kemampuan relatif pohon untuk bersaing pada persaingan cahaya rendah dan perakaran tinggi. Pohon-pohon toleran bereproduksi dan membentuk lapisan tajuk di bawah kanopi pohon-pohon kuran toleran atau bahkan di bawah naungannya sendiri. Pohon-pohon intoleran bereproduksi dengan sukses hanya di tempat-tempat terbuka atau bila kanopi terbuka lebar. Kedua kelas ini tidak tegas perbatasannya, dan banyak spesies toleransinya termasuk sedang atau tengahan. Kontroversi mengenai definisi toleransi bertahan sampai akhir 1950-an membuatnya menjadi masalah diperdebatkan paling lama di Kehutanan. Konsesusnya adalah bahwa toleransi tidak dapat didefinisikan sebagai hasil dari faktor-faktor tunggal cahaya atau air. Akan tetapi, ini lebih merupakan kemampuan relatif genetik dan fisiologi tumbuhan berkembang pada lingkungab tertentu, dengan kemampuan untuk menahan intensitas cahaya rendah umumnya merupakan karakteristik terpenting.
Faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi. leransi dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan persaingan akar, meskipun sulit untuk membedakan keduanya. Pinus palustris menunjukkan pengaruh persaingan akar dengan baik, dengan semai mendapat cahaya penuh hidup pada zone perakaran pohon-pohon sumber benih tampak menyolok karena kurang berkembang. Pada beberapa keadaan, sistem perakaran pohon-pohon induk tidak berpengaruh terhadap perkembangan semai, seperti Pinus taeda di Arkanas. Rempat hujan dan unsur hara tanah mencukupi untuk semuanya. Faktor – faktor seperti kering, lereng selatan akan mengurangi toleransi, dan tanah jelek demikian juga, toleransi jenis akan lebih tinggi pada tanah subur dan basah. Toleransi sangat dipengaruhi oleh garis lintang. Umur mempengaruhi toleransi, yaitu jenis menjadi lebih intileran dengan bertambahnya umur.
Dari segi silviks perbedaan antara pohon-pohon toleran dan intoleran adalah :
1.      pohon – pohon toleran dapat mempermuda dan membentuk tegakan bawah di bawah sengkuap tajuk dari pohon-pohon kurang toleran atau bahkan di bawah naungannya sendiri. Pohon-pohon intoleran dapat mempermuda sevara berhasil hanya di tempat terang dimana sengkuap tajuknya telah terbuka luas.
2.      apabila pohon-pohon toleran membentuk tegakan bawah, pohon-pohon itu kuat bertahan dan dapat tumbuh selama bertahun-tahun meskipun pertumbuhannya sangant lambat. Sedangkan pohon –pohon intoleran cepat mati di bawah naungan.
3.      pohon toleran mempunyai tajuk tebal terdiri dari beberapa lapisan daun. Pohon intoleran mempunyai tajuk tipis dan terbuka dimana daun-daunnay mendapat cahayasecara baik.
4.      pohon toleran relatif pemmbersihan cabanya terjadi secara perlahan-lahan karena daun-daunnya tetap berfungsi dalam intnsitas cahay rendah dan menyababkan ranting-ranting dan cabang-cabangnya tetap hidup. Pada pohon intoleran, pembersihan cabangnya berlangsung cepat.
Kriteria dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan penentuan toleransi pohon adalah sebagai berikut :
      1. Kerapatan Tajuk
Memberikan suatu caratepat untuk penentuan toleransi. Hal ini disebabkan karena sejumlah besar daun-daun hidup bertahan didalam tajuk akan memeperbesar kerapatan tajuk.
      2. Cahaya minimum bagi adanya daun
Untuk menentukan cahaya minimun dibutuhkan suatu daun hidup itu memerlukan penggunaan fotometer portabel keci. Meskipun cahaya di sini secara mekanis diukur tetapi metode ini sangat tidak teliti.

      3. Pemangkasan alam
Kecepatan batang membersihkan diri dari cabang-cabang bawah terutama di dalam tegakan-tegakan terbuka dan jarang,dapat merupakan suatu indikator derajat toleransi baik. Hal ini disebabkan karena cabang-cabang lebih bawah mati itu, nampak disebabkan karena kekurangan cahaya.
      4. jumlah Order Cabang
Pada umunya pohon-pohon intoleran, mempunyai jumlah order percabangan lebih sedikit daripada pohon-pohon toleran.
      5. Kecepatan pertumbuhan Juvenil
Telah diketahui bahwa pertumbuhan juvenil cepat merupakan sifat-sifat khas dari pohon-pohon intoleran, sedangkan spesies toleran tumbuh lebih lambat.
      6. Keadaan permudaan di bawah tegakan
Karena kemampuan pohon bertahan di bawah naungan itu merupakan definisi dari toleran.
      7. Struktur daun
Struktur daun pohon intoleran : suatu epidermis dengan permukaan mengkilat dan keras, pertumbuhan kuat dan jaringan palisade, sedikit jumlah parenchym bunga karang, daunnya tebal dan seperti kulit. Sedang daun-daun spesies toleran adalah sebaliknya.
      8. Penjarangan alami
      9. Kemampuan pembebasan
      10. Kerapatan batang
Dalam tegakan jenis toleran berkerapatan penuh cenderung lebih tinggi daripada dalam tegakan pohon-pohon intoleran berumur dan tingginya sama.
      11. Perincian batang
Pada jenis intoleran karena kenyataan bahwa pohon-pohon tersebut menghilangkan cabang-cabang bawahnya dan berkembang lebih ke bentuk silindris. Pohon toleran dalam kondisi kerapatan tegakan sama cenderung mempunyai bentuk lebih kerucut. Pada konifer, bahwa pada umumnya spesies toleran ditandai oleh suatu epidermis sangat lemah (Konifer,1930).


Contoh pohon-pohon intoleran :
-          Tectona grandis
-          Casuarma spp
-          Eucalyptus spp
-          Pinus merkusii
-          Peronema canescens
Contoh pohon-pohon semitoleran :
-          Altinga excelsa (rasamala)
-          Dablhergla spp
-          Lagerstomia sperciosa (bungur)
-          Vitex pubescens (laban)
-          Eusideroxylon zwageri (ulin)











BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hutan adalah asosiasi tumbuhan berkayu yang cukup rapat dan menutup areal yang cukup luas sehingga membentuk iklim mikro yanhg berbeda dengan iklim makro yang berada diluar hutan. Hutan sangat perlu dipertahankan dan juga dilestarikan keberadaanya, jangan malah merusak hutan untuk kepentingan pribadi.
Perkembangbuakan ada 2 macam yaitu generatif dan vegetatif.
Perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan tanaman dengan cara peleburan santara sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina. Biasanya terjadi pada biji tanaman. Contoh : perkembangbiakan biji pada tanaman jati. Sedangkan perkembangbiakan vegetatif adalah perkembangbiakan dengan cara mengambil sebagian vegetasi untuk di tanam kembali. Contoh : menyambung, stek, mencangkok, merunduk dan lain sebagainya. Akar merupakan salah satu organ tumbuhan yang paling penting disamping batang dan daun, bagi tumbuhan yang tumbuhnya telah merupakan kormus. Asal akar adalah dari akar lembaga (radix), pada Dikotil, akar lembaga terus tumbuh sehingga membentuk akar tunggang, pada Monokotil, akar lembaga mati, kemudian pada pangkal batang akan tumbuh akar-akar yang memiliki ukuran hampir sama sehingga membentuk akar serabut. Akar monokotil dan dikotil ujungnya dilindungi oleh tudung akar atau kaliptra, yang fungsinya melindungi ujung akar sewaktu menembus tanah, sel-sel kaliptra, ada yang mengandung butir-butir amylum dinamakan kolumela.
Fotosintesis merupakan suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Toleransi phonb merupakan kemampuan pohon untuk dapat hidup atau tumbuh di bawah naungan.

3.2 Saran
Saya sebagai penulis menyarankan bagi mahasiswa yang melakukan praktikum silvika untuk lebih serius dan bersungguh-sungguh dalam mengikutu kegiatan praktikum tersebut. Agar pemahaman kita sebagai mahasiswa terhadap materi yang diberikan lebih baik lagi dan tentunya supaya mendapatka nilai yang maksimal. Lebih dan kurangnya saya mohon maaf.














DAFTAR PUSTAKA
Deskhmul,I.1992.Ekologi dan Biologi Tropika.YayasanObor Indonesia.Jakarta
Soekotji.1974.Pengantar Ilmu Kehutanan, Fekultas Kehutanan UGM. Yogyakarta
















LAMPIRAN
Praktikum stek pucuk










1 komentar:

  1. visit back yooO
    http://ilmupontianak.blogspot.com/2014/02/emule-p2p-client.html

    BalasHapus

pliiss komentarnya ya..?? di tunggu..